4 Tokoh Nasional

Pahlawan Nasional – Indonesia adalah Negara yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945. Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali pahlawan nasional yang memperjuangkan negaranya. Baik itu pahlawan pada era penjajahan Belanda dan jepang, Pahlawan pada era proklamasi dan pahlawan revolusi setelah proklamasi. Pada artikel ini akan di bahas 20 Pahlawan Nasional beserta biografinya.
Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada para pahlawan yang berjuang untuk memajukan bangsa. Tanpa jasa para pahlawan Indonesia, mungkin saat ini kita belum merdeka dan kemungkinan masih dijajah oleh bangsa lain. Para pahlawan nasional Indonesia banyak sekali memberikan kontribusi untuk bangsa ini.

Ahmad Yani – Pahlawan Nasional


Ahmad Yani - Pahlawan Nasional
Ahmad Yani – Pahlawan Nasional

Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa tengah. Semua anggota keluarganya bekerja di pabrik gula milik orang Belanda. Pada tahun 1927, Ahmad Yani bersama keluarganya pindah ke Batavia, dimana ayahnya bekerja untuk General Belanda. Pada tahun 1940, Ahmad Yani menjalani wajib militer dengan tentara Hindia-Belanda dan meninggalkan sekolah tingginya.
Kemudian Ahmada yani belajar topografi di kota Malang, Jawa Timur. Pada tahun 1942, proses belajar mengajarnya terganggu karena datangnya pasukan dari Jepang. Pada waktu yang bersamaan, Ahad Yani dan kelurganya pindah ke Jawa Tengah.
Pada tahun 1943, Beliau bergabung dengan dengan tentara militer yang di sponsori Jepang Peta (Pembela Tanah Air) dan melanjutkan latihannya di Magelang. Setelah selesai pelatihan ini, Ahmad Yani minta untuk di lantik sebagai sebagai komandan peleton Peta dan kemudian dipindahkan ke Bogor, Jawa Barat. Setelah bertugas disana, kemudian kembali ke Magelang sebagai Instruktur.

As’ad Syamsul – Pahlawan Nasional


As’ad Syamsul - Pahlawan Nasional
As’ad Syamsul – Pahlawan Nasional

K.H.R As’ad Syamsul Arifin lahir pada tahun 1897 di kota mekah dan wafat pada tanggal 4 Agustus 1990 di Situbondo jawa Timur tepat di usia 93 tahun. K.H.R As’ad adalah seorang ulama besar sekaligus seorang tokoh Nahdlatul Ulama dan terakhir menjabat sebagai Dewan Penasehat (musytasar) dan beliau menjabat di Nahdlatul Ulama hingga sampai akhir hayatnya. Selain menjabat sebagai tokoh besar di Nahdlatul Ulama, beliau juga pengasuh sebuah pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
K.H.R As’ad juga sebagai penyampai pesan (Isyarah) berupa tongkat yang disertai dengan Ayat Al-Qur’an dan Kholil Al-Bangkalani untuk Hasyim Asy’ari dan saat itu menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama.

Cut Mutia – Pahlawan Nasional


Cut Mutia - Pahlawan Nasional
Cut Mutia – Pahlawan Nasional

Cut Mutia lahir pada tahun 1970 di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara dan wafat pada tanggal 24 Oktober 1910. Cut Mutia adalah seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia dari Aceh. Pada awalnya Cut Mutia merupakan pahlawan dalam perlawanan Belanda bersama suaminya yaitu Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong.
Setelah Cut Mutia di tinggal oleh Teuku Muhammad, kemudian beliau menikah lagi dengan Pang Nangroe sesuai wasiat dari suaminya sebelum wafat. Mereka bergabung dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Tetapi pada suatu pertempuran di Paya Cicem, Cut Muti dan para wanita lainnya melarikan diri dan lari ke hutan. Sedangkan Pang Nagroe tetap melakukan perlawanan yang akhirnya tewas pada tanggal 26 September tahun 1910.
Karena atas jasa- jasanya, Pemerintah Republik Indonesia mengabadikan fotonya dalam mata uang kertas Rp.1000 an.

Cut Nyak Dhien – Pahlawan Nasional


Cut Nyak Dhien - Pahlawan Nasional
Cut Nyak Dhien – Pahlawan Nasional

Cut Nyak Dhien merupakan seorang pahlawan Indonesia yang dilahirkan pada tahu 1984 di Lampadag, kerajaan Aceh. Beliau merupakan salah satu pahlawan wanita yang memiliki semangat tinggi dalam melawan Belanda.
Cut Nyak Dhien memiliki seorang suami yaitu Teuku Umar. Beliau juga salah satu pahlawan nasional Indonesia yang gugur di medan perang. Teuku Umar wafat pada tanggal tanggal 11 januari tahun 1899. Sedangkan Cut Nyak Dhien sendiri wafat pada tanggal 6 November tahun 1908 dan dimakamkan di Sumedang, Jawa Barat.
Cut Nyak Dhien juga bergabung dengan para pejuang Aceh yang pada saat itu belum tertangkap. Nama Cut Nyak Dhien kini namanya diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.

Komentar

Postingan Populer